Selasa, 19 Februari 2013

Sir Frank Whittle, Anak Buruh Penemu Mesin Jet


TERLEPAS dari kengerian yang ditimbulkan terhadap kemanusiaan, Perang Dunia II telah melahirkan revolusi besar khususnya di bidang teknologi propulsi atau teknologi gaya dorong pesawat terbang, di antaranya adalah teknologi gas turbine engine atau yang dikenal dengan mesin pancar gas atau jet.
Mesin jet atau pancar gas dinamakan gas turbine engine dengan mengacu pada komponen dan sistem kerjanya yaitu dengan menggunakan pancaran gas dari turbin. Turbin berputar akibat embusan udara hasil pembakaran busi di mana sebelum dibakar, udara terlebih dahulu dinaikkan tekanannya dengan menggunakan kompresor.
Teknologi gaya dorong yang paling dikenal pada perang dunia ke I adalah teknologi mesin piston dan diesel yang menggunakan torak untuk memutar propeller atau baling-baling pesawat. Perbedaan antara mesin jet dan piston-diesel terletak pada penambahan kompresor sebagai pemampat udara dan turbin pemancar gas pada mesin jet.
Pada saat pecah Perang Dunia II, Inggris dan Jerman adalah negara yang bermusuhan dan sama-sama giat mengembangkan teknologi mesin perang. Namun, dari kedua negara yang berbeda kutub secara politik inilah muncul konsep jet dalam waktu bersamaan sehingga agak susah untuk diputuskan siapa sebenarnya penemu pertama konsep mesin jet, apakah Frank Whittle dari Inggris atau Hans Von Ohain dari Jerman.
Whittle lebih dahulu mematenkan desain turbo jet engine-nya pada tahun 1930, sementara Von Ohain tahun 1936. Oleh sebab itu, yang tercatat sebagai penemu mesin jet adalah Frank Whittle.
Frank Whittle lahir di perumahan kelas buruh Earlsden di distrik Coventry, Inggris pada 1 Juli 1907. Dasar-dasar keteknikan sudah ditanamkan sejak dini ke dalam diri Whittle kecil ketika ayahnya mendirikan perusahaan permesinan kecil bernama Leaminton Value.
Pendidikan dasar selama 6 tahun ia tempuh di sekolah Kota Coventry dan Leamington. Di sekolah lanjutan ia mendapat beasiswa 10 poundsterling per tahun. Whittle adalah anak yang cerdas dan gila membaca, tetapi benci dengan PR. Waktu-waktu luangnya ia habiskan di perpustakaan Leamington.
Setelah sempat ditolak karena tinggi badannya kurang, September 1923 Whittle diterima di angkatan udara Inggris. Selanjutnya ia dikirim ke Cranwell untuk memasang perlengkapan pesawat terbang bersama enam ratus peserta magang.
Di tempat kerjanya Whittle bergabung dengan perkumpulan model pesawat. Mereka membuat model pesawat terbang dengan rentang sayap 10,5 kaki (3,2 m) dengan mesin dua tak. Bersama Komandan Wing, R.J. Barbon, Whittle memperlihatkan hasil kerjanya kepada Sekretaris Menteri Penerbangan Sir Victor Sasoon. Walaupun pesawatnya gagal terbang karena kerusakan busi, Whittle dipromosikan menjadi kepala satuan kadet dan digaji 7 shilling per hari. Pada bulan Juli 1928 ia lolos ujian kadet kedua dan menjadi perwira di Angkatan Udara Kerajaan Inggris.
Whittle menikah pada usia 21 tahun dengan Miss D.M. Lee dari Coventry. Pasangan baru ini sempat mengalami kesulitan keuangan karena gaji Whittle yang pas-pasan. Whittle kemudian menjadi penerbang pesawat Siskin selama 15 bulan ketika bertugas di Skuadron Tempur 111 Northolt dan mengikuti pendidikan sebagai instruktur di Central Flying School. Di skuadron inilah ia menemukan ide untuk mengombinasikan mesin turbin dan kompresor dalam satu unit yang dikenal dengan turbo jet.
Akan tetapi, ternyata Departemen Penerbangan kurang mendukung gagasan Whittle. Walaupun mengalami penolakan, Whittle tetap mematenkan temuannya.
Pada bulan Mei, Whittle menerima surat dari kenalan lamanya, perwira penerbang R.D. Williams bahwa seseorang ingin bergabung dengan projek pesawat tanpa baling-baling rancangan Whittle, J.C.B. Tinking. Mereka bersedia mendanai pengambilan paten Whittle kembali.
Pada bulan Maret 1936 seorang keturunan Denmark bernama M.L. Bramson yang tertarik dengan gagasan turbo jet mengajak para pemodal untuk bergabung dengan Whittle. Usaha ini berhasil hingga, Power Jet pun berdiri dengan modal awal 10.000 poundsterling.
Mesin turbo jet rancangan Whittle akhirnya masuk tahap uji coba pada tanggal 12 April 1937. Pada uji coba pertama itu pesawat yang dipasangi mesin turbo jet tidak dapat dikendalikan sebab kecepatan putar mesin yang terlalu tinggi. Sejumlah perbaikan kemudian dilakukan dan mulai tampak sedikit kemajuan. Mesin ini pun mulai dilirik oleh perusahaan pesawat kerajaan. Sir Stanford Cripps, menteri sumber daya kala itu selanjutnya menasionalisasi Power Jet dengan membayar sejumlah 135.563 pound. Sedangkan pesawat Gloster-Whittle E. 28/39 yang berhasil dalam uji coba mesin turbo jet Whittle dinyatakan sebagai pesawat pertama Inggris yang berhasil terbang dengan mesin jet.
Atas jasa-jasanya, Frank Whittle mendapat kehormatan kesatria Order Of British Empire, Companion Of The Order Of Batsh dan diberi 100.000 pound serta diangkat sebagai anggota keluarga kerajaan dengan gelar kehormatan “Sir” seperti halnya tokoh berprestasi lain di negeri Elisabeth ini. Sir Frank Whittle meninggal 9 Agustus 1996.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar